Kajian Ahad, Hutang Piutang


04042025
Kajian Subuh
Ust. Muhayat Al hafizd
Masjid Baitul Mukmin
Antapani Kidul
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Selalulah bersyukur, karena bangun pagi yang sudah menghidupkan kita kembali dan dapat sholat subuh. Banyak yang tidak dapat kebahagian bangun saat shalat subuh dan bahkan tidak bangun-bangun lagi.
Salah satu ayat terpanjang tentang piutang.
Karena urusan hutang itu adalah urusan manusia dengan manusia sehingga sampai sampai Allah menurunkan ayat terpanjang dalam Alquran karena urusan piutang akan menghalangi kita untuk
masuk syurga, bahkan yang syahid pun akan belum masuk surga sebelum selesai hutang piutangnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَا كْتُبُوْهُ ۗ وَلْيَكْتُبْ بَّيْنَكُمْ كَا تِبٌ بِۢا لْعَدْلِ ۖ وَلَا يَأْبَ كَا تِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللّٰهُ فَلْيَكْتُبْ ۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَـقُّ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْــئًا ۗ فَاِ نْ كَا نَ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَـقُّ سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهٗ بِا لْعَدْلِ ۗ وَا سْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِّجَا لِكُمْ ۚ فَاِ نْ لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّا مْرَاَ تٰنِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَآءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰٮهُمَا فَتُذَكِّرَ اِحْدٰٮهُمَا الْاُ خْرٰى ۗ وَ لَا يَأْبَ الشُّهَدَآءُ اِذَا مَا دُعُوْا ۗ وَلَا تَسْــئَمُوْۤا اَنْ تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰۤى اَجَلِهٖ ۗ ذٰ لِكُمْ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ وَاَ قْوَمُ لِلشَّهَا دَةِ وَاَ دْنٰۤى اَ لَّا تَرْتَا بُوْۤا اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً حَا ضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَا حٌ اَ لَّا تَكْتُبُوْهَا ۗ وَاَ شْهِدُوْۤا اِذَا تَبَايَعْتُمْ ۖ وَلَا يُضَآ رَّ كَا تِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ۗ وَاِ نْ تَفْعَلُوْا فَاِ نَّهٗ فُسُوْقٌ بِۢكُمْ ۗ وَ اتَّقُوا اللّٰهَ ۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ ۗ وَا للّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
yaaa ayyuhallaziina aamanuuu izaa tadaayangtum bidainin ilaaa ajalim musammang faktubuuh, walyaktub bainakum kaatibum bil-‘adli wa laa ya-ba kaatibun ay yaktuba kamaa ‘allamahullohu falyaktub, walyumlilillazii ‘alaihil-haqqu walyattaqillaaha robbahuu wa laa yabkhos min-hu syai-aa, fa ing kaanallazii ‘alaihil-haqqu safiihan au dho’iifan au laa yastathii’u ay yumilla huwa falyumlil waliyyuhuu bil-‘adl, wastasy-hiduu syahiidaini mir rijaalikum, fa il lam yakuunaa rojulaini fa rojuluw wamro-ataani mim mang tardhouna minasy-syuhadaaa-i ang tadhilla ihdaahumaa fa tuzakkiro ihdaahumal-ukhroo, wa laa ya-basy-syuhadaaa-u izaa maa du’uu, wa laa tas-amuuu ang taktubuuhu shoghiiron au kabiiron ilaaa ajalih, zaalikum aqsathu ‘ingdallohi wa aqwamu lisy-syahaadati wa adnaaa allaa tartaabuuu illaaa ang takuuna tijaarotan haadhirotang tudiiruunahaa bainakum fa laisa ‘alaikum junaahun allaa taktubuuhaa, wa asy-hiduuu izaa tabaaya’tum wa laa yudhooorro kaatibuw wa laa syahiid, wa ing taf’aluu fa innahuu fusuuqum bikum, wattaqulloh, wa yu’allimukumulloh, wallohu bikulli syai-in ‘aliim
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun dari padanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 282)
Orang orang yang beriman setiap melakukan berhutang lakukanlah pencatatan atau disebut akad salam.
Melakukan perjanjian harus dicatat dengan sangat jelas dan semua dicantumkan dengan tidak mengurangi dan menambah.
Jangan sampai karena bersahabat maka hutang piutang tidak dicatat, ini sudah meninggalkan perintah Allah.
Dengan dicatat kedua pihak punya bukti, dan terhindar dari kelupaan.
Yang mencatatnya hendaklah orang ketiga, mencatat dengan adil janganlah mereka mencatat yang tidak sesuai dengan perintah Allah.
Hutang piutang, harus:
- ditulis;
- ada saksi 2 orang laki laki,atau 1 orang laki laki dan 2 orang perempuan;
yang menyebutkan yang ditulis adalah yang berhutang.saksi harus orang yang jujur dan adil dan diterima oleh yang berhutang dan memperhitungkan.
Rasulullah sebelum mensholatkan orang beliau menanyakan siap yang akan menanggung kewajiban membayar utang yang dilakukan jenazah, setelah ada yang bertanggung jawab berulah Rasullullah menyolatkan.
- Hukum mencatat hutang piutang adalah wajib, tetapi apabila kedua pihak saling percaya boleh tidak mencatatnya tapi tetaplah bertaqwa kepada Allah.
Bertaqwa lah kepada Allah maka mereka akan mendapat petunjuk.karena Allah maha tau segala sesuatu.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita dan dapat menjalankan nya.
Aamiin ya rabb