• Terima kasih kepada seluruh jamaah yang telah berbagi rezeki untuk Program Ramadhan 1446 H, Berkah Berseka. جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيرًا ||---|| Mari bergerak bersama dalam mengurangi sampah selama bulan Ramadhan 1446 H, melalui Berkah Berseka, BERsama Kurangi SampAH, Bersih Sehat Lingkungan
Senin, 1 September 2025

Kajian Jum’at, JADILAH WALI CERDAS

Kajian Jum'at, JADILAH WALI CERDAS
Bagikan

08082025
Kajian Subuh
Ust.Nurdin Syahbana
Masjid Baitul Mukmin
Antapani Kidul

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

JADILAH WALI CERDAS

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَآءَ اَمْوَا لَـكُمُ الَّتِيْ جَعَلَ اللّٰهُ لَـكُمْ قِيٰمًا وَّا رْزُقُوْهُمْ فِيْهَا وَا كْسُوْهُمْ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا
wa laa tu-tus-sufahaaa-a amwaalakumullatii ja’alallohu lakum qiyaamaw warzuquuhum fiihaa waksuuhum wa quuluu lahum qoulam ma’ruufaa

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 5)

وَا بْتَلُوا الْيَتٰمٰى حَتّٰۤى اِذَا بَلَغُوا النِّكَا حَ ۚ فَاِ نْ اٰنَسْتُمْ مِّنْهُمْ رُشْدًا فَا دْفَعُوْۤا اِلَيْهِمْ اَمْوَا لَهُمْ ۚ وَلَا تَأْكُلُوْهَاۤ اِسْرَا فًا وَّبِدَا رًا اَنْ يَّكْبَرُوْا ۗ وَمَنْ كَا نَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ ۚ وَمَنْ كَا نَ فَقِيْرًا فَلْيَأْكُلْ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ فَاِ ذَا دَفَعْتُمْ اِلَيْهِمْ اَمْوَا لَهُمْ فَاَ شْهِدُوْا عَلَيْهِمْ ۗ وَكَفٰى بِا للّٰهِ حَسِيْبًا
wabtalul-yataamaa hattaaa izaa balaghun-nikaah, fa in aanastum min-hum rusydang fadfa’uuu ilaihim amwaalahum, wa laa ta-kuluuhaaa isroofaw wa bidaaron ay yakbaruu, wa mang kaana ghoniyyang falyasta’fif, wa mang kaana faqiirong falya-kul bil-ma’ruuf, fa izaa dafa’tum ilaihim amwaalahum fa asy-hiduu ‘alaihim, wa kafaa billaahi hasiibaa

“Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 6)

Ayat ini turun berkaitan dengan Tsabit bin Riffaah dan pamannya,itu terjadi ketika Riffaah meninggal dunia dan meninggalkan putranya ,Tsabit yang masih kecil.lalu paman Tsabit datang kepada Rasulullah bertanya “sesungguhnya putra saudara ku ini yatim dalam pengasuhan ku apa yang halal bagiku dari hartanya.dan kapan aku harus menyerahkan hartanya kepadanya.maka Allah SWT,menurunkan ayat ini,

Dirumah tangga yang sukses adalah yang berhasil mendidik anaknya menjadikan ibu bapaknya figur yang menjadi contoh .

Siapa sufah itu?
Adalah anak yang ditinggalkan mati oleh orang tuanya. Belum pandai mengelola harta.maka harta anak yatim tersebut harus diserahkan kepada anak tersebut.
Istri almarhum yang tidak pandai mengurus harta anak yatim.

Banyak terjadi pengurus anak yatim memakan harta anak yatim berlebihan.(Israq)

Orang yang mampu , haram memakan harta anak yatim.

Alquran mengantisipasi keributan dalam mengelola. Harta anak yatim. Waktu menyerahkan harta keanak yatim perlu ada saksi saksi dan catatan .
Sesungguhnya cukuplah Allah sebagai pengawasnya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوْا مَا لَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۚ وَاَ وْفُوْا الْكَيْلَ وَا لْمِيْزَا نَ بِا لْقِسْطِ ۚ لَا نُـكَلِّفُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۚ وَاِ ذَا قُلْتُمْ فَا عْدِلُوْا وَلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۚ وَبِعَهْدِ اللّٰهِ اَوْفُوْا ۗ ذٰ لِكُمْ وَصّٰٮكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 
wa laa taqrobuu maalal-yatiimi illaa billatii hiya ahsanu hattaa yablugho asyuddah, wa auful-kaila wal-miizaana bil-qisth, laa nukallifu nafsan illaa wus’ahaa, wa izaa qultum fa’diluu walau kaana zaa qurbaa, wa bi’ahdillaahi aufuu, zaalikum washshookum bihii la’allakum tazakkaruun

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.””
(QS. Al-An’am 6: Ayat 152)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوْا مَا لَ الْيَتِيْمِ اِلَّا بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ حَتّٰى يَبْلُغَ اَشُدَّهٗ ۖ وَاَ وْفُوْا بِا لْعَهْدِ ۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَا نَ مَسْــئُوْلًا
wa laa taqrobuu maalal-yatiimi illaa billatii hiya ahsanu hattaa yablugho asyuddahuu wa aufuu bil-‘ahdi innal-‘ahda kaana mas-uulaa

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai dia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 34)

Hati hatilah dalam mengelola harta anak yatim.

SebelumnyaKAJIAN SENIN, HUKUM WARIS ISLAMSesudahnyaKajian Rabu, Pasukan Santri di Dalam Tubuh Kita