• Terima kasih kepada seluruh jamaah yang telah berbagi rezeki untuk Program Ramadhan 1446 H, Berkah Berseka. جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيرًا ||---|| Mari bergerak bersama dalam mengurangi sampah selama bulan Ramadhan 1446 H, melalui Berkah Berseka, BERsama Kurangi SampAH, Bersih Sehat Lingkungan
Jumat, 18 Juli 2025

Kajian Ahad, Mengatur Keuangan Keluarga Islam

Kajian Ahad, Mengatur Keuangan Keluarga Islam
Bagikan

25052025
Kajian Subuh
Ust. Dr. Asep Dadan Wildan
Masjid Baitul Mukmin
Antapani Kidul

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENGATUR KEUANGAN KELUARGA ISLAM
Antara kebutuhan dan keinginan

Satu waktu antara shalat yang satu dengan sholat yang lain adalah penghapus dosa dosa kita, begitu juga antara Shalat Jumat, dengan Shalat Jumat selanjutnya.

Doa meminta kemudahan oleh Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّ اَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّا جْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا
wa qur robbi adkhilnii mudkhola shidqiw wa akhrijnii mukhroja shidqiw waj’al lii mil ladungka sulthoonan nashiiroo

“Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku).”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 80)

Doa dalam mengelola keuangan, hutang akan menjatuhkan kita kedalam kehinaan.

  1. Konsep hisab dalam Islam terkait harta
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ
summa latus-alunna yauma-izin ‘anin-na’iim

“kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).”
(QS. At-Takasur 102: Ayat 8)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَيَحْسَبُ الْاِ نْسَا نُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى 
a yahsabul-ingsaanu ay yutroka sudaa

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”
(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 36)

  1. Memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan

Kebutuhan (haajah)
Haajah adalah sesuatu yang apabila tidak dipenuhi akan menyebabkan kesakitan

Keinginan (raghbah)
Raghbah adalah menyukai atau menghendaki.
Kecendrungan memenuhi nafsu

Point penting:
1. prioritaskan kebutuhan

2. Hindari israf

3. Terapkan pola hidup qana’ah

4. Jadikan harta sebagai sarana ibadah bukan tujuan hidup

    Rumah Rasullullah sangat sempit tetapi beliau mengatakan rumah ku adalah surga ku.

    Peringatan

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْ ۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْـطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا
    ya’iduhum wa yumanniihim, wa maa ya’iduhumusy-syaithoonu illaa ghuruuroo

    “(Setan itu) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.”
    (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 120)

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
    summa la-aatiyannahum mim baini aidiihim wa min kholfihim wa ‘an aimaanihim wa ‘ang syamaaa-ilihim, wa laa tajidu aksarohum syaakiriin

    “kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
    (QS. Al-A’raf 7: Ayat 17)

    Jangan mengikuti keinginan dunia karena akan jatuh kedalam kekufuran.

    Iblis bukan tidak meyakini Allah tetapi mereka menjalankan janjinya kepada Allah ,iblis akan memasukan manusia kedalam neraka.

    1. Prinsip dasar pengelolaan keuangan

    Menerapkan tujuan keuangan syariah jangka panjang

    1. Tujuan keuangan sebagai sarana ibadah.
    2. Selaras dengan maqashid syariah
      Mendukung 5 pilar utama untuk menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
    3. Berorientasi jangka panjang dan tanggung jawab antara generasi.
      Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
    walyakhsyallaziina lau tarokuu min kholfihim zurriyyatang dhi’aafan khoofuu ‘alaihim falyattaqulloha walyaquuluu qoulang sadiidaa

    “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
    (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 9)

    1. Tidak bertentangan dengan prinsip dasar halal dan thoyib

    Menabung dan berinvestasi yang halal

    Kriteria harta (iktinaz)

    1. Menyimpan harta kaitan tidak mengeluarkan zakat
      Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْاَ حْبَا رِ وَا لرُّهْبَا نِ لَيَأْكُلُوْنَ اَمْوَا لَ النَّا سِ بِا لْبَا طِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَا لْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَا بٍ اَلِيْمٍ 
    yaaa ayyuhallaziina aamanuuu inna kasiirom minal-ahbaari war-ruhbaani laya-kuluuna amwaalan-naasi bil-baathili wa yashudduuna ‘ang sabiilillaah, wallaziina yaknizuunaz-zahaba wal-fidhdhota wa laa yungfiquunahaa fii sabiilillaahi fa basysyir-hum bi’azaabin aliim

    “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih,”
    (QS. At-Taubah 9: Ayat 34)

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    يَّوْمَ يُحْمٰى عَلَيْهَا فِيْ نَا رِ جَهَـنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ ۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَ نْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ
    yauma yuhmaa ‘alaihaa fii naari jahannama fa tukwaa bihaa jibaahuhum wa junuubuhum wa zhuhuuruhum, haazaa maa kanaztum li-angfusikum fa zuuquu maa kungtum taknizuun

    “(ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam Neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakan lah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”
    (QS. At-Taubah 9: Ayat 35)

    Sabda Rasulullah Saw. Apabila
    Engkau menyimpan harta lalu engkau tunaikan zakatnya.mak bukan termasuk menimbun harta.(HR.Al-Hakim)

    1. Menghambat perputaran harta
      Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    مَاۤ اَفَآءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنِ وَا بْنِ السَّبِيْلِ ۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَ غْنِيَآءِ مِنْكُمْ ۗ وَمَاۤ اٰتٰٮكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰٮكُمْ عَنْهُ فَا نْتَهُوْا ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ 
    maaa afaaa-allohu ‘alaa rosuulihii min ahlil-quroo fa lillaahi wa lir-rosuuli wa lizil-qurbaa wal-yataamaa wal-masaakiini wabnis-sabiili kai laa yakuuna duulatam bainal-aghniyaaa-i mingkum, wa maaa aataakumur-rosuulu fa khuzuuhu wa maa nahaakum ‘an-hu fangtahuu, wattaqulloh, innalloha syadiidul-‘iqoob

    “Harta rampasan fai’ yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.”
    (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 7)

    Ini adalah prinsip dasar pengelolaan fiskal negara.
    Musuh Islam adalah kaum kapitalis.

    Zakat adalah hukum Allah terhadap pengelolaan harta yang disimpan .karena harta harus bergulir

    Perbedaan Menabung Vs. Menimbun

    Menabung tujuannya pendidikan,darurat,investasihalal. Dikelola secara produktif,dikeluarkan zakat,bersifat sementara dan proporsional

    Menimbun
    Tanpa tujuan hanya dikumpulkan,dibiarkan tidak bermanfaat,tidak dizakati,melebihi kebutuhan dan menyebabkan kemiskinan untuk orang lain.

    1. Hidup sederhana
      Dalam Islam bukan berarti miskin tetapi bersikap pertengahan

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    وَا لَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَا نَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَا مًا
    wallaziina izaaa angfaquu lam yusrifuu wa lam yaqturuu wa kaana baina zaalika qowaamaa

    “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,”
    (QS. Al-Furqan 25: Ayat 67)

    SebelumnyaKajian Jum'at. Aurat Wanita & Mahrom-MahromnyaSesudahnyaKajian Senin, Syirah Nabawiyah