• Terima kasih kepada seluruh jamaah yang telah berbagi rezeki untuk Program Ramadhan 1446 H, Berkah Berseka. جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيرًا ||---|| Mari bergerak bersama dalam mengurangi sampah selama bulan Ramadhan 1446 H, melalui Berkah Berseka, BERsama Kurangi SampAH, Bersih Sehat Lingkungan
Jumat, 18 Juli 2025

Kajian Ahad, MENGATUR KEUANGAN KELUARGA SECARA ISLAMI

Kajian Ahad, MENGATUR KEUANGAN KELUARGA SECARA ISLAMI
Bagikan

11052025
Kajian Subuh
Ustad DR. Asep Dadan Wildan
Masjid Baitul Mukmin
Antapani Kidul

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

MENGATUR KEUANGAN KELUARGA SECARA ISLAMI

Antara kebutuhan dan keinginan

Praktik Ekonomi Islam, diantaranya:

  1. Menjemput rezeki yang halal.
  2. Mengukur keuangan keluarga secar Islam.
  3. Etika belanja dalam Islam dengan berhemat, tidak boros, tidak pelit.

Landasan konsep Islam dalam mengelola keuangan

  1. Tauhid sebagai landasan utama, bahwa semua harta adalah milik Allah manusia hanya sebagai pengelola.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اٰمِنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاَ نْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَـكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِ ۗ فَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَاَ نْفَقُوْا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيْرٌ
aaminuu billaahi wa rosuulihii wa angfiquu mimmaa ja’alakum mustakhlafiina fiih, fallaziina aamanuu mingkum wa angfaquu lahum ajrung kabiir

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.”
(QS. Al-Hadid 57: Ayat 7)

  1. Konsep hisab sebagai pertanggungjawaban

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ
summa latus-alunna yauma-izin ‘anin-na’iim

“kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).”
(QS. At-Takasur 102: Ayat 8)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اَيَحْسَبُ الْاِ نْسَا نُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى 
a yahsabul-ingsaanu ay yutroka sudaa

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?”
(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 36)

Hadis Rasulullah kedua kaki seorang hamba tidak beranjak pada hari kiamat ditanya mengenai :

1. Umur dihabiskan kemana.

2. Ilmu kemanakah diamalkan.

3. Harta bagaimana diperoleh.

4. Kemana di infakkan.

5. Mengenai tubuh dimanakah usangnya.(HR.Tarmizi)

    Memahami perbedaan kebutuhan dan keinginan

    Kebutuhan sesuatu yang apabila tidak dipenuhi,manusia akan mengalami kesulitan dalam hidupnya ,tetapi Belum sampai menyebabkan kerusakan total.kebutuhan ini satu tingkat .
    Kebutuhan sandang pangan papan pendidikan dasar biaya kesehatan transportasi untuk bekerja ,pekerjaan mencari nafkah halal.

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    وَاٰ تِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَا لْمِسْكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
    wa aati zal-qurbaa haqqohuu wal-miskiina wabnas-sabiili wa laa tubazzir tabziiroo

    “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”
    (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 26)

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    وَا لْوَا لِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَا دَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَا مِلَيْنِ لِمَنْ اَرَا دَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَا عَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَآ رَّ وَا لِدَةٌ بِۢوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَا رِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِ نْ اَرَا دَا فِصَا لًا عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَا حَ عَلَيْهِمَا ۗ وَاِ نْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْۤا اَوْلَا دَكُمْ فَلَا جُنَا حَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّاۤ اٰتَيْتُمْ بِا لْمَعْرُوْفِ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
    wal-waalidaatu yurdhi’na aulaadahunna haulaini kaamilaini liman arooda ay yutimmar-rodhoo’ah, wa ‘alal-mauluudi lahuu rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma’ruuf, laa tukallafu nafsun illaa wus’ahaa, laa tudhooorro waalidatum biwaladihaa wa laa mauluudul lahuu biwaladihii wa ‘alal-waarisi mislu zaalik, fa in aroodaa fishoolan ‘ang taroodhim min-humaa wa tasyaawuring fa laa junaaha ‘alaihimaa, wa in arottum ang tastardhi’uuu aulaadakum fa laa junaaha ‘alaikum izaa sallamtum maaa aataitum bil-ma’ruuf, wattaqulloha wa’lamuuu annalloha bimaa ta’maluuna bashiir

    “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
    (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 233)

    Hadist Rasulullah.
    Cukuplah seorang itu dikatakan berdosa ketika dia menahan nafkah dari orang yang menjadi tanggungannya (HR.Muslim).

    Keinginan (raghbah)
    Berasal raghbah berarti menyukai dan menghendaki.

    Kecenderungan hati terhadap sesuatu yang diinginkan, namun jika tidak dipenuhi tidak membahayakan.

    Karakteristik raghbah

    • Bersifat nafsaniyah dorongan hawa nafsu
    • tidak mendesak
    • biasanya berkaitan dengan gaya hidup, gengsi, dan kemewahan
      Contoh:
    • Makanan mewah padahal sudah cukup dengan yang sederhana
    • Kendaraan mahal untuk prestise, pada hal kendaraan biasa mencukupi

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    زُيِّنَ لِلنَّا سِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَا لْبَـنِيْنَ وَا لْقَنَا طِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَا لْفِضَّةِ وَا لْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَا لْاَ نْعَا مِ وَا لْحَـرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَا عُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَا للّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰ بِ
    zuyyina lin-naasi hubbusy-syahawaati minan-nisaaa-i wal-baniina wal-qonathiiril-muqongthoroti minaz-zahabi wal-fidhdhoti wal-khoilil-musawwamati wal-an’aami wal-hars, zaalika mataa’ul-hayaatid-dun-yaa, wallohu ‘ingdahuu husnul-ma-aab

    “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
    (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 14)

    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

    يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَا شْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
    yaa baniii aadama khuzuu ziinatakum ‘ingda kulli masjidiw wa kuluu wasyrobuu wa laa tusrifuu, innahuu laa yuhibbul-musrifiin

    “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.”
    (QS. Al-A’raf 7: Ayat 31)

    Perbedaan dan kebutuhan dan keinginan

    Sumber akal sehat dan syariat adalah kebutuhan dan keinginan nafsu dan emosi.
    Urgensinya kebutuhan mendesak harus dipenuhi ,keinginan tidak mendesak.

    Akibat jika tidak dipenuhi kebutuhan kesulitan hidup.keinginan tidak berdampak besar.

    Panduan syariah kebutuhan harus dipenuhi sedangkan keinginan diperbolehkan secara terbatas.

    Simpulan tausiah hari ini:

    1. Prioritas kebutuhan
    2. Hindari israf
    3. Terapkan pola hidup qana’ah
    4. Jadikan harta sebagai sarana ibadah bukan tujuan hidup

    Semoga kita dapat mengatur harta menjadi ibadah dalam keluarga kita.
    Aamiin ya rabb

    SebelumnyaPERBAIKI HUBUNGAN MU DENGAN ALLAHSesudahnyaKajian Senin, Shodaqoh