• Terima kasih kepada seluruh jamaah yang telah berbagi rezeki untuk Program Ramadhan 1446 H, Berkah Berseka. جَزَاكُمُ اللهُ خَيْرًا كَثِيرًا ||---|| Mari bergerak bersama dalam mengurangi sampah selama bulan Ramadhan 1446 H, melalui Berkah Berseka, BERsama Kurangi SampAH, Bersih Sehat Lingkungan
Selasa, 2 September 2025

KAJIAN SENIN, HUKUM WARIS ISLAM

KAJIAN SENIN, HUKUM WARIS ISLAM
Bagikan

04082025
Kajian Subuh
Ust.Nurjamil
Masjid Baitul Mukmin
Antapani Kidul

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

HUKUM WARIS ISLAM

Ketika kita bersyukur kepada Allah maka tidak mungkin Allah akan menurunkan siksaannya.

  1. Waris adalah berpindahnya harta seseorang meninggal kepada orang lain (al-munjid).
  2. Harta ataupun hak yang ditinggalkan mayit menjadi hak penerima waris yang telah ditetapkan syariat
    dalam Alquran tentang waris.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَا لَ يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُ وْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ
wa warisa sulaimaanu daawuuda wa qoola yaaa ayyuhan-naasu ‘ullimnaa mangthiqoth-thoiri wa uutiinaa ming kulli syaii, inna haazaa lahuwal-fadhlul-mubiin

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.””
(QS. An-Naml 27: Ayat 16)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَكَمْ اَهْلَـكْنَا مِنْ قَرْيَةٍۢ بَطِرَتْ مَعِيْشَتَهَا ۚ فَتِلْكَ مَسٰكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَنْ مِّنْۢ بَعْدِهِمْ اِلَّا قَلِيْلًا ۗ وَكُنَّا نَحْنُ الْوٰرِثِيْنَ
wa kam ahlaknaa ming qoryatim bathirot ma’iisyatahaa, fa tilka masaakinuhum lam tuskam mim ba’dihim illaa qoliilaa, wa kunnaa nahnul-waarisiin

“Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami (lagi) setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kamilah yang mewarisinya.”
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 58)

Sumber Hukum Waris

  1. Surat Anisa 11. Dan 12
    Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يُوْصِيْكُمُ اللّٰهُ فِيْۤ اَوْلَا دِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُ نْثَيَيْنِ ۚ فَاِ نْ كُنَّ نِسَآءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۚ وَاِ نْ كَا نَتْ وَا حِدَةً فَلَهَا النِّصْفُ ۗ وَلِاَ بَوَيْهِ لِكُلِّ وَا حِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ اِنْ كَا نَ لَهٗ وَلَدٌ ۚ فَاِ نْ لَّمْ يَكُنْ لَّهٗ وَلَدٌ وَّوَرِثَهٗۤ اَبَوٰهُ فَلِاُ مِّهِ الثُّلُثُ ۗ فَاِ نْ كَا نَ لَهٗۤ اِخْوَةٌ فَلِاُ مِّهِ السُّدُسُ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْ بِهَاۤ اَوْ دَيْنٍ ۗ اٰبَآ ؤُكُمْ وَاَ بْنَآ ؤُكُمْ ۚ لَا تَدْرُوْنَ اَيُّهُمْ اَقْرَبُ لَـكُمْ نَفْعًا ۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
yuushiikumullohu fiii aulaadikum liz-zakari mislu hazhzhil-ungsayaiin, fa ing kunna nisaaa-ang fauqosnataini fa lahunna sulusaa maa tarok, wa ing kaanat waahidatang fa lahan-nishf, wa li-abawaihi likulli waahidim min-humas-sudusu mimmaa taroka ing kaana lahuu walad, fa il lam yakul lahuu waladuw wa warisahuuu abawaahu fa li-ummihis-sulus, fa ing kaana lahuuu ikhwatung fa li-ummihis-sudusu mim ba’di washiyyatiy yuushii bihaaa au daiin, aabaaa-ukum wa abnaaa-ukum, laa tadruuna ayyuhum aqrobu lakum naf’aa, fariidhotam minalloh, innalloha kaana ‘aliiman hakiimaa

“Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 11)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَـكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ اَزْوَا جُكُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهُنَّ وَلَدٌ ۚ فَاِ نْ كَا نَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَـكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصِيْنَ بِهَاۤ اَوْ دَ يْنٍ ۗ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّكُمْ وَلَدٌ ۚ فَاِ نْ كَا نَ لَـكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا تَرَكْتُمْ مِّنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوْصُوْنَ بِهَاۤ اَوْ دَ يْنٍ ۗ وَاِ نْ كَا نَ رَجُلٌ يُّوْرَثُ كَلٰلَةً اَوِ امْرَاَ ةٌ وَّلَهٗۤ اَخٌ اَوْ اُخْتٌ فَلِكُلِّ وَا حِدٍ مِّنْهُمَا السُّدُسُ ۚ فَاِ نْ كَا نُوْۤا اَكْثَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَهُمْ شُرَكَآءُ فِى الثُّلُثِ مِنْۢ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُّوْصٰى بِهَاۤ اَوْ دَ يْنٍ ۙ غَيْرَ مُضَآ رٍّ ۚ وَصِيَّةً مِّنَ اللّٰهِ ۗ وَا للّٰهُ عَلِيْمٌ حَلِيْمٌ 
wa lakum nishfu maa taroka azwaajukum il lam yakul lahunna walad, fa ing kaana lahunna waladung fa lakumur-rubu’u mimmaa tarokna mim ba’di washiyyatiy yuushiina bihaaa au daiin, wa lahunnar-rubu’u mimmaa taroktum il lam yakul lakum walad, fa ing kaana lakum waladung fa lahunnas-sumunu mimmaa taroktum mim ba’di washiyyating tuushuuna bihaaa au daiin, wa ing kaana rojuluy yuurosu kalaalatan awimro-atuw wa lahuuu akhun au ukhtung fa likulli waahidim min-humas-sudus, fa ing kaanuuu aksaro ming zaalika fa hum syurokaaa-u fis-sulusi mim ba’di washiyyatiy yuushoo bihaaa au dainin ghoiro mudhooorr, washiyyatam minalloh, wallohu ‘aliimun haliim

“Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 12)

Jelas dalam Alquran menetapkan pembagian waris sudah jelas angka angkanya.

Kenapa Allah menetapkan hak anak laki-laki 2 kali lipat dari perempuan, hal ini akibat anak laki-laki akan bertanggung jawab terhadap ibunya, dan adik-adik perempuan yang belum berkeluarga.

  1. hadist menurut Rasulullah
    Berikanlah harta waris kepada orang orang yang berhak sesudah itu,sisanya untuk laki laki yang lebih utama
  2. Orang muslim tidak mewariskan kepada kafir begitu juga sebaliknya
  3. Ijma sahabat dan tabiin cucu yang ayahnya lebih dahulu meninggal dari pada kakeknya.mendapat waris wajibah.jadi ahli

Hukum Mempelajari Hadist

  1. Hukumnya fardhu kifayah
  2. Rasulullah mengatakan
    Ajarkanlah Alquran dan pelajarilah ilmu faraidh.setelh aku meninggal maka ilmu faraidh ini akan paling cepat hilang. Hampir hampir saja akan terjadi dua orang yang bertengkar tentang pembagian warisan maka mereka berdua tidak menemukan seorangpun yang memfatwakannya kepada mereka.

Keistimewaan Ilmu Waris

  1. Diperlukan memberikan wasiat maksimal 1/3 dari peninggalan pewaris kepada orang yang dikehendakinya selain ahli waris yang akan mendapat bagian tertentu dari pewaris.
  2. Ahli waris tidak hanya anak laki-laki tetapi juga anak perempuan.
  3. Ahli waris disyaratkan orang dewasa, memiliki kekuatan fisik sehat jasmani dan rohani.

Sejarah Perkembangan Waris

  1. Nasab dan qarabah
  2. Sumpah setia (hilf) harta warisnya 1/6 (QS Annisa 33).
    Tetapi hukumnya telaah dihapus setelah turunnya ayat waris (Annisa 11, dan Al Anfal 75)
  3. Adopsi (Tabanni). Orang jahiliyah biasa mengangkat anak.dapt waris sudah dihapus oleh QS. Al-ahzab 4,5,6
  4. Hijrah ke Madinah apabila seorang meninggal maka mendapat waris yang hijrah lalu dibatalkan oleh Alquran

Rukun Waris dan Syarat Waris

Syarat Waris

  1. Al-Muwaris (pewaris /mayit)
  2. Al-waris (penerima waris)
  3. Al mauruts/Attirkah (harta warisan)

Syarat Pewaris

  1. Wafatnya pewaris
  2. Hidupnya ahli waris
  3. Diketahui ada hubungan kewarisan

Sebab Menerima Waris

Hubungan kekerabatan atau nasab QS. Al-anfal 75

Hubungan pernikahan QS.An-Nisa 12

Hubungan pemedekaan (al-wala’)
Seorang budak yang dimerdekakan, jika memiliki ahli waris maka hartanya diwarisi oleh mantan tuannya dan sebaliknya

Jihatul Islam bagi mayit yang tidak memiliki ahli waris, maka hartanya diserahkan kepada baitul maal.

Ulama sepakat istri yang ditalak dalam masa Iddah raj’iyyah dapat mewarisi harta suaminya, tetapi jika thalak bai’in dalam kondisi sehat meskipun dalam masa Iddah, tidak mewarisi harta suaminya, berbeda jika kondisi suami sakit parah, terjadi ikhtilaf ulama.

Sebab penghalang menerima warisan, diantaranya:

  1. Hamba sahaya
  2. Pembunuhan
  3. Perbedaan Agama

Banyak ilmu faraidh ini yang perlu kita pelajari, karena sangat penting.
Aamiin ya rabb

SebelumnyaKajian Sabtu, TAKDIR MANUSIA TELAH DITETAPKANSesudahnyaKajian Jum'at, JADILAH WALI CERDAS